baca dan artikan saja dengan bebas, karena anda adalah raja di blog ini. Kalau anda mempunyai pendapat sampaikan saja, dan ingat bahwa anda tidak harus setuju dengan tulisan-tulisan saya, pendapat yang berbeda justru akan memperluas wawasan saya. Terakhir tentu saja saya harus berterima kasih atas kunjungan anda di blog ini....

Pengusaha Idealis

Cerpen: Putu Wijaya
Sumber: Suara Karya, Edisi 09/21/2003


Seorang pengusaha muda Indonesia (mestinya dia menjadi
anggota HIPMI) mencoba merebut peluang dengan gayanya
yang sangat khas. Ia menemui seorang pengusaha asing yang
konon ingin menanam modal besar-besaran di Indonesia.
"Saya tahu saya ini nekad," kata pengusaha muda itu. "Saya
tahu Anda akan mengatakan tak punya referensi tentang diri
saya. Saya tahu Anda akan melemparkan proposal yang saya
bawa ini ke keranjang sampah, sebelum Anda
memeriksanya.
Saya tahu ini semuanya akan sia-sia. Sebab Anda sebelum
datang ke Indonesia pasti sudah punya banyak pilihan. Ini
semuanya, seperti biasanya, hanya sebuah sandiwara. Tapi
tak apa. Tak ada salahnya untuk mencoba."
Taipan dari mancanegara itu tersenyum. Ia menjabat tangan
sang pengusaha muda dengan hangat. "Anda terlalu curiga,"
jawabnya dengan ramah.
"Kecurigaan yang sangat tipikal seorang anak muda dinamis
yang memiliki energi yang besar. Tapi apakah juga itu berarti
potensi yang besar?"
Sang pengusaha muda tersenyum kecut karena merasa kena
job. Tapi ia tidak kalah gesit. Ia langsung putar otak dan
menjawab dengan kalimat-kaliamat yang tersusun baik.
"Soal potensi, itu tergantung siapa dan bagaimana
melihatnya. Seorang yang luar biasa seperti Anda -- saya
yakin referensi yang saya baca tentang Anda seratus persen
akurat -- tak akan menghabis-habiskan waktu Anda yang
sedikit, untuk menerima seorang yang tidak potensial.
Kesempatan yang Anda berikan untuk bertemu ini, buat saya,
sudah merupakan satu kehormatan besar.
Karena itu berarti bahwa potensi saya diperhitungkan. Tapi
silakan koreksi saya kalau salah."
Taipan itu tertawa.
"Jangan terlalu yakin pada asumsi Anda, sebelum ada buktibukti
konkrit. Saya selalu mencoba untuk realistik,
menomorsatukan fakta dan data, karena pekerjaan saya
adalah angka-angka.
Dunia yang kering di mana keterlibatan emosional sangat
tidak diperlukan, sebab dapat menghancurkan semuanya. Itu
motto saya.
Tapi jawaban Anda amat imfresif. Setidak-tidaknya saya
bertambah yakin saya berhadapan dengan seseorang yang
bisa saya ajak bicara. Itu sudah merupakan awal yang baik."
Mereka masih berdiri berhadapan.
"Sekarang yang pertama sekali yang akan saya tanyakan,"
lanjut Taipan mancanegara itu, "berikan saya satu alasan
yang bagus, mengapa saya harus mengorbankan waktu saya
untuk Anda, sementara banyak sekali orang lain yang
sekarang antre ingin menjadi partner saya."
Pengusaha muda itu mengangguk.
"Oke. Pertama sekali, tentu saja karena saya punya sebuah
proposal yang bagus. Tapi itu memerlukan waktu untuk
menjelaskannya.
Lagipula Anda pasti sudah punya sikap skeptik, karena
sebuah proposal memang selalu penuh dengan bullshit.
Walhasil, proposal yang saya bawa ini, betapa pun kerennya,
pasti tidak ada gunanya. Tapi ada satu hal lain, yang saya
miliki, yang harus menjadi pertimbangan Anda.
Yang harus membuat Anda memilih saya menjadi partner
Anda dan bukannya orang lain, meskipun secara finansial
mereka lebih kuat. Anda lihat saja saya langsung. Terus
terang, saya memang tidak memiliki sumber dana yang kuat,
meskipun tidak berarti sama sekali tidak memiliki.
Tapi apa yang lebih potensial dari kejujuran? Saya kira Anda
mengerti apa yang saya maksudkan. Dan saya tidak usah
menjanjikannya, karena saya biasa melaksanakannya."
Taipan itu tersenyum mengerti.
"Excellence," pujinya.
Sang pengusaha muda melanjutkan kenuturannya.
"Kedua. Saya masih muda, berjiwa progresif. Saya juga
agrewsif dalam merebut peluang-peluang usaha. Dan saya
memiliki idealisme yang tidak dimiliki pengusaha-pengusaha
besar lain yang sudah mapan.
Mereka bekerja untuk menumpuk uang, untuk menjadi lebih
kaya. Saya bekerja, dengan cita-cita untuk ikut membangun
negeri saya agar makmur seperti negeri Anda, setidaktidaknya
memiliki GNP yang layak dalam satu dasawarsa
berikut ini.
Saya kira itulah tipikal partner yang Anda butuhkan untuk
investasi Anda yang amat berbahaya itu. Kenapa saya bilang
berbahaya?
Karena terlalu besar dan bagus. Terlalu banyak musuhmusuh
Anda, justru karena rencana investasi itu begitu
menggairahkan. Siapa yang tak ingin merampok atau
menggagalkan rencana Anda, karena ingin menggantikan
posisi Anda?"
Taipan itu tertawa.
Tentu saja tertawa seorang taipan yang sulit ditebak. Lalu ia
mengulurkan tangan.

"Veri good," ulangnya sekali lagi. "Performance Anda amat
impresif. Saya punya kesan khusus untuk Anda.
Saya yakin Anda akan menjadi pengusaha hebat di masa yang
akan datang. Saya merasa beruntung kalau masih sempat
menyaksikannya."
Taipan itu mengulurkan tangannya. Sang pengusaha muda
jadi grogi, belum sempat duduk, dia sudah diusir. Tetapi apa
boleh buat, dia terpaksa menyambut.
"Anda seorang idealis sejati," kata sang Taipan sambil
mengguncang tangan anak muda itu.
"Tapi kalau boleh saya beri nasehat sebagai orang yang lebih
tua, lebih baik kaya dulu, baru menjadi idealis. Bukan idealis
dulu. Karena idealis tidak akan pernah membuat Anda
menjadi orang kaya. Selamat siang."
Pertemuan pun berakhir.
Sang pengusaha muda, suka atau tidak suka, keki atau tidak
keki, terpaksa ngacir.
Calon-calon partner lain yang lebih mapan dengan
penampilan yang lebih profesional dan backing finansial yang
lebih solid, satu persatu masuk, menjajakan proposalnya
dengan kiat masing-masing.
Sang pengusaha muda pulang kandang. Ia merasa sudah
gagal total. Tapi secara tak disengaja, ia bertemu kembali
dengan Taipan itu di sebuah pesta (mestinya pesta yang
diselenggarakan oleh HIPMI).
"Hallo idealis," tegur Taipan itu terlebih dulu.
Sang pengusaha muda sempat grogi, tapi cepat ambil posisi.
"Saya sudah berhenti jadi idealis, setelah bertemu dengan
Anda beberapa hari lalu," jawabnya kemudian tanpa ditanya.
Taipan itu tetawa.
"O ya? How come?"
Pengusaha muda utu tersenyum.
"Karena saya ingin menjadi idealis."
Taipan itu mengernyitkan alisnya.
"O ya?"
"Sure!"
Taipan itu mengangguk-angguk. Ia nampak sangat terkesan.
"Oke fine. Saya belum mendapatkan seorang partner yang
cocok. Bagaimana kalau Anda besok datang ke office saya?
Bisa?"
Mestinya pengusaha muda itu menjawab ya. Karena pucuk
dicinta ulam tiba.
Tapi ternyata dia menjawab lain."Maaf," kata pengusaha
muda itu sambil tersenyum ramah.
"Saya kira tidak ada gunanya menjadi partner kalau kita
sudah tidak sepaham dalam filosofi dasar kita."
Taipan mencanegara itu tercengang. Ia -- sekedar
mengingatkan: diantre seabrek pengusaha kakap yang
melamar jadi partnernya -- membelalakkan mata. Semua juga
tahu, kalau seorang taipan berekspresi seperti itu, artinya
fatal.
Tapi apa yang terjadi? Taipan itu kemudian memilih anak
muda itu menjadi partnernya.
Kenapa?
Kalau seorang anggota HIPMI seperti Anda tidak tahu
jawabnya, kebangetan sekali. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih telah berkunjung dan berkomentar...