baca dan artikan saja dengan bebas, karena anda adalah raja di blog ini. Kalau anda mempunyai pendapat sampaikan saja, dan ingat bahwa anda tidak harus setuju dengan tulisan-tulisan saya, pendapat yang berbeda justru akan memperluas wawasan saya. Terakhir tentu saja saya harus berterima kasih atas kunjungan anda di blog ini....

Unjukrasa Mahasiswa: Pahlawan, Perusuh atau Oportunis???




Tidak ada yang meragukan, dalam sejarah bangsa kita peranan mahasiswa memang sangat besar. Sejak masih dalam cengkraman penjajah sampai saat ini, peranan mahasiswa tidak pernah berkurang sedikit pun. Namun kalau kita perhatikan, pergerakan mahasiswa sejak dahulu sampai saat ini telah mengalami pergeseran baik itu cara maupun idealisme. Tidak ada yang salah sebenarnya, hal ini tentu saja wajar karena jaman tentu berubah dan masalah-masalah yang memicu pergerakan mahasiswa tentu juga berubah.

Sejarah telah mencatat banyak di antara pemimpin pergerakan mahasiswa kemudian tampil menjadi pemimpin negeri ini, siapa yang tidak kenal Bung Karno dan Bung Hatta mereka adalah pemimpin bangsa kita yang juga adalah pemimpin pergerakan mahasiswa/pemuda di jamannya. Namun sejarah juga mencatat banyak di antara pemimpin pergerakan mahasiswa justru terjerumus ke dalam kubangan kekuasaan yang korup. Akbar Tanjung adalah salah satu contohnya, beliau adalah salah seorang aktifis angkatan 66 yang bergerak menentang rezim orde lama tetapi malah terjerumus ke dalam lingkaran orde baru yang korup.

 

Veteran pergerakan 98 saat ini juga banyak yang masuk ke lingkungan politik praktis.  Banyak di antara mereka juga tidak ada bedanya dengan politikus-politikus yang mereka kritik dan mereka jatuhkan. Rasanya idealisme sedemikian gampang pudar atau memang motif mereka berunjukrasa sedari awal memang kekuasaan, tidak ada yang tahu. Tetapi rasanya sebagai anak bangsa kita memang tidak pernah belajar. Saat ini rasanya kita seperti anjing yang lepas dari kerangkeng. Jadi bangsa yang sangat mudah menuduh, sangat mudah marah dan sangat mudah merusak. Dan yang sangat pasti adalah kita sangat mudah berubah jika kemudian kitalah yang berada di atas kekuasaan itu.

Saat ini kita seakan tidak pernah kekurangan tontonan unjukrasa mahasiswa. Hampir setiap hari unjukrasa terjadi di mana-mana. Macam-macam tuntutan mereka, ada yang menuntut penuntasan kasus korupsi, ada yang menuntut penurunan biaya pendidikan, ada yang menuntut turunnya pejabat ini-itu dan segala macam tuntutan lain. Saya tidak akan memfokuskan diri untuk mengomentari tuntutan mereka tetapi cara mereka berunjukrasa. Sudah sangat jenuh dan muak rasanya melihat cara-cara yang mereka gunakan. Terlalu sering unjukrasa mereka berlangsung anarki , penuh ancaman, intimidasi dan sangat mengganggu. Sepertinya sudah tidak ada lagi ruang diskusi untuk menyelesaikan masalah. Bukankah mereka berpendidikan???

Coba kita renungkan apa yang dilakukan mahasiswa di Makassar. Kira-kira apa yang ada dipikiran mereka sehingga dengan sangat mudah melempari toko-toko orang, menghadang mobil-mobil orang, bahkan yang terbaru menghadang sebuah ambulance!! Mereka tampak lebih mirip gerombolan preman daripada mahasiswa yang berunjukrasa menyuarakan penderitaan rakyat!!!Mereka sepertinya tidak sadar bahwa dengan kelakuan mereka seperti itu, rakyat justru menjadi muak dan jenuh. Bukannya mendukung , rakyat justru akan menghujat prilaku mereka.

Coba kita pakai satu logika sederhana saja. Mahasiswa mengaku memperjuangkan rakyat, dengan begitu mereka merasa berhak melakukan apa pun seenak perut mereka. Mobil-mobil plat merah dihancurkan. Mudah ditebak mobil-mobil itu tentu butuh perbaikan, dan tentu saja dananya adalah dana APBD. Dana APBD adalah uang rakyat, dana ini seharusnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Tetapi karena ada mobil operasional rusak, dana ini terpaksa digunakan untuk ini. Akibatnya akan muncul proyek baru, entah pengadaan mobil dinas, entah perbaikan mobil dinas yang jelas proyek. Sudah bukan rahasia lagi proyek memungkinkan terjadinya mark up. Mark up artinya korupsi!! Setelah terjadinya unjukrasa mahasiswa, maklar proyek kipas-kipas uang sedangkan rakyat tetap lapar tetap telanjang tetap menggelandang!!!

Menjadi pantas kemudian jika saya bertanya, siapa yang mereka perjuangkan??? Rakyat atau maklar proyek?? Atau jangan-jangan salah satu orang tua mereka adalah seorang kontraktor yang biasa me-mark up proyek yang tentu saja diuntungkan terjadinya unjukrasa anarkis ini. Saya sampai saat ini masih berusaha berfikir positif. Saya masih yakin mereka memang memperjuangkan nasib rakyat, hanya saja mereka keblinger tentang kebebasan berpendapat yang baru saja kita dapatkan. Tetapi jika kejadian seperti ini terjadi berulang dan berulang jangan salahkan saya (dan saya yakin banyak orang) akan meragukan kesungguhan mereka.

Unjukrasa boleh karena tidak melanggar hukum. Kebebasan menyampaikan pendapat dijamin di negeri ini. Namun jangan lupa kita tidaklah hidup sendiri. Ada 220 juta rakyat Indonesia yang belum tentu sepaham dengan kita. Jika kita ingin didengar sampaikan dengan cara yang elegan. Karena tidak ada suara yang terdengar dengan baik di dalam suasana yang bising. Terlebih penting setiap orang di negeri ini punya hak yang sama, jangan memaksakan terpenuhinya hak kita dengan merampas hak-hak orang lain.

Terakhir saya ingin sampaikan selamat berjuang kepada rekan mahasiswa yang masih teguh berjuang benar-benar untuk rakyat. Salut dan hormat saya untuk teman-teman yang tanpa lelah berjuang di garis depan. Yang tidak mundur meski digertak dijitak bahkan ditembak. Anda pahlawan di hati saya.









3 komentar:

  1. mahasiswa sebaiknya diam sajalah.. lebih banyak ngomongnya dari pada kerjanya

    BalasHapus
  2. @secangkir teh:...kalo diam juga nggak baguslah....menyuarakan pendapat dengan tetap menjaga integritas dan kesantunan akan jauh lebih bagus menurut saya..

    BalasHapus
  3. @secangkir teh:...kalo diam saja juga nggak bagus lah..menyuarakan pendapat dengan integritas dan kesantunan akan lebih elegan

    BalasHapus

terimakasih telah berkunjung dan berkomentar...