baca dan artikan saja dengan bebas, karena anda adalah raja di blog ini. Kalau anda mempunyai pendapat sampaikan saja, dan ingat bahwa anda tidak harus setuju dengan tulisan-tulisan saya, pendapat yang berbeda justru akan memperluas wawasan saya. Terakhir tentu saja saya harus berterima kasih atas kunjungan anda di blog ini....

Pasrah



PASRAH !! Satu kata yang mudah diucapkan, tetapi sungguh sulit untuk dilakukan. Kecuali kalau kita mengartikan pasrah sebagai diam saja, duduk dan menunggu nasib datang menghampiri kita, tentu saja pasrah akan sangat mudah dilakukan. Tapi bukan itu, pasrah yang aku maksud adalah pasrah menerima kenyataan bahwa hasil segala upaya kita ternyata tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Pasrah menerima kenyataan bahwa kerja keras kita ternyata tidak menghasilkan sesuatu yang sebanding menurut kita. Dan pasrah menerima keadaan bahwa seseorang ternyata tidak berlaku sebaik yang kita harapkan setelah kita merasa telah melakukan yang terbaik kepadanya.

Yang ada, kita justru frustasi dan malah depresi ketika kita menerima kenyataan bahwa semua harapan, tujuan, impian dan cita-cita kita ternyata jauh dari yang kita harapkan. Kita mulai menyalahkan keadaan, orang lain bahkan diri sendiri. Sehingga semakin lama kita jatuh semakin dalam, semakin dalam dan semakin dalam ke dalam keterpurukan yang menyedihkan.

Tiga tahun lalu, aku merasa dipojokkan oleh keadaan yang seakan bersekongkol untuk menjatuhkan aku. Cewe yang aku cintai, yang menemani sebagian besar waktuku selama 5 tahun memutuskan untuk menikahi orang lain. Masalah restu orang tuanya yang tidak pernah aku dapatkan akhirnya berujung pada kenyataan bahwa dia akhirnya menyerah, mengabaikan janjinya untuk memperjuangkan kepantasanku di depan orang tuanya. Di saat yang sama, aku harus menerima kenyataan bahwa keluargaku mengalami kemerosotan ekonomi. Aku yang merasa sebagai anak pertama yang juga sudah sarjana pun mencoba menyelamatkan keadaan. Aku mencoba membuat usaha dengan modal dari sisa-sisa kepunyaan keluargaku. Tetapi dunia tidaklah hitam putih, dunia ternyata abu-abu, kerja kerasku berujung kegagalan. Uang modal yang kupakai lenyap tak berbekas. Jangankan tampil sebagai pahlawan, aku justru semakin menjerumuskan keluargaku, membahayakan masa depan adik-adikku.


Aku frustasi ! Kesedihan dan kemarahan bercampur aduk menjadi satu. Aku kecewa, kesetiaan dan ketulusanku berbuah sakit hati. Aku tidak bisa terima segala usaha kerasku berujung kegagalan. Aku yang merasa sebagai pencinta sejati dipaksa menerima kekalahan. Aku yang merasa pintar, merasa orang yang paling diharapkan ternyata terperosok. Ini tidak benar ! Mereka sekongkol ! Atau memang benar ternyata aku bukanlah siapa-siapa ? Aku shock ! Harus ada yang disalahkan. Ya Dewi telah bersalah, telah berhianat dan tidak akan bisa aku maafkan. Ya mereka salah, dinas-dinas perijinan itu begundal. Mereka hanyalah sekumpulan perampok berseragam yang tanpa rasa malu telah merampokku. Tapi apa yang bisa aku lakukan, aku nyatanya telah kalah. Yang bisa aku lakukan saat itu nyatanya hanya berlari, berlari dan bersembunyi. Aku kalah dan aku malu ! Aku yang katanya kuat hati, bahwa dewi mengaku banyak belajar dariku nyatanya rapuh dan tanpa malu menangis. Aku yang katanya pintar, juara kelas sejak SD yang membuat orang tuaku membanting tulang untuk mendukungku nyatanya tidak bisa apa-apa. Ya benar ! Aku bukan siapa-siapa. Dan aku malu, dan aku harus lari, aku harus sembunyi.

Setiap hari hanya menyesali dan menyalahkan keadaan, stres di otakku mulai menular ke tubuhku, semakin lama semakin penat, semakin lelah dan akhirnya roboh. Sampai akhirnya dari mulutku terucap : PASRAH !!

Semua masalah aku anggap angin lalu saja, semua orang yang tertaut dalam masalahku aku anggap hanya singgah dalam hidupku, mungkin terjadi irisan antara hidupnya dan hidupku dan kalau akibatnya adalah aku harus terpental itu adalah murni nasibku, tidak ada kaitannya dengan mereka. Dengan begini rasanya lebih mudah, lebih plong, aku mulai bisa tertawa. Tapi selanjutnya apa?? Aku pasrah, melemparkan semuanya pada nasib, pada Tuhan. Kalau buruk memang harus buruk kalau baik memang harus baik. Dan yang penting aku tidak perlu bertanggung jawab, bukankah semuanya karena nasib?? karena Tuhan?? Aku seperti melempar bibit mangga ke tanah, biarkanlah nasib yang menetukannya. Mau tumbuh mau mati adalah kuasa Tuhan. Enak, hidup rasanya mudah.

Tapi kok aku merasa kerdil?? Aku berubah dari pecundang menjadi pengecut!! Sampai seorang teman dengan setia mendengarkan aku, mau berbagi tentang segala hal. Ada satu analogi yang dia sampaikan padaku, dia mengutip dari sebuah buku, aku lupa buku apa tapi yang jelas sangat menggugah, merubah pengertianku tentang apa itu pasrah. Menurut buku itu....via temenku....ada dua variabel hidup, variabel yang dapat dikendalikan dan variabel yang tidak bisa dikendalikan. Kita harus berusaha sekeras mungkin untuk variabel yang bisa kita kendalikan, tetapi harus pasrah untuk variabel yang tidak bisa kita kendalikan, karena variabel ini bukanlah domain kita. Variabel yang tidak bisa dikendalikan adalah domain Tuhan.

Untuk menanam pohon mangga dan berharap menghasilkan buah mangga yang besar dan manis, yang bisa dan harus kita lakukan adalah siapkan bibit yang unggul, ditanam di tanah yang subur, disiram dan dipupuki secukupnya, bersihkan hama yang mungkin mengganggu. Pokoknya kita lakukan sebaik mungkin yang bisa kita lakukan. Tetapi setelah itu apakah pohon itu akan berbuah yang besar dan manis?? Inilah yang tidak bisa kita kendalikan, semuanya kita serahkan kepada Tuhan yang maha kuasa, karena ini adalah domain beliau. Siapa yang bisa mencegah hujan lebat yang mungkin mencabut pohon kita dari akarnya, misalnya.

Sedikit paham sedikit tidak, kemudian aku namai sendiri 'petuahnya' sebagai filsafat pohon mangga. Aku mencoba menerapkannya dalam hidup, selalu berusaha menjadi yang terbaik, dengan usaha yang terbaik tetapi tetap berserah diri kepada Tuhan, bahwa beliaulah yang menentukan segala sesuatunya. Memang susah, sampai saat ini 99 % masih saja berupa teori di kepalaku. Namun aku sudah menetapkan tekad, setiap hari akan mencoba untuk menjadi pasrah. PASRAH dalam pengertian baru !!!!!


4 komentar:

  1. makasih banyak sudah mampir,,,...
    salam kenal.

    BalasHapus
  2. Tiap kegagalan akan memberikan pelajaran yang mengantrkan kita untuk lebih bijak. Pasrah kita adalah puncak dari segala ikhtiar...........

    BalasHapus
  3. pasrah boleh tapi jgn putus asa. tetap berusaha.

    BalasHapus
  4. aku follow balik sobat , never give up

    BalasHapus

terimakasih telah berkunjung dan berkomentar...